
Latar belakang: Fenomena bullying (perundungan), penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan tawuran antar pelajar yang banyak terjadi sungguh memprihatinkan. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan karakter yang tepat bagi generasi millenial di era globalisasi. Definisi Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah: bawaan, hati, jiwa, keperibadian, budipekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapaun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabi’at, dan berwatak.
Sedangkan definisi Pendidikan Karakter menurut Fakhry Gaffar, adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut ada tiga ide pikiran penting, yaitu: (1) proses transformasi nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, (3) menjadi satu dalam perilaku (Hasyim, 2015).
sedangkan Pendidikan karakter memiliki tujuan membentuk pribasi yang tangguh, kompetitif, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan (knowledge) dan teknologi (technology) yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa seperti yang di cita-citakan palsafah Pancasila.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia yaitu bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1) Religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreativ, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat/Komunikatif, 14) Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan, 17) Peduli Social, 18) Tanggung Jawab (Dalimunthe, 2015; Hamid & Sudira, 2013).
Pendidikan Karakter Dalam Persepektif Islam
Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh pondasi aqidah yang kokoh. Ibarat bangunan, karakter/akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah pondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin karakter mulia akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah dan syariah yang benar
Islam mengajarkan kepada setiap Muslim untuk berkarakter mulia terhadap dirinya sendiri. Manusia yang telah diciptakan dalam sibghah Allah Swt. dan dalam potensi fitriahnya berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin (QS. al-Taubah [9]: 108), memelihara kerapihan (QS. al-A’raf [7]: 31), menambah pengetahuan sebagai modal amal (QS. al-Zumar [39]: 9), membina disiplin diri (QS. alTakatsur [102]: 1-3), dan lain-sebagainya.
Selain itu sebagai Muslim juga harus membangun karakter dalam lingkungan keluarganya. Karakter mulia terhadap keluarga dapat dilakukan misalnya dengan berbakti kepada kedua orang tua (QS. al-Isra’ [17]: 23), bergaul dengan yang ma’ruf (QS. alNisa’ [4]: 19), memberi nafkah dengan sebaik mungkin (QS. al-Thalaq [65]: 7), saling mendoakan (QS. al-Baqarah [2]: 187), bertutur kata lemah lembut (QS. al-Isra’ [17]: 23), dan lain sebagainya.
Sumber:
Dalimunthe, R. A. A. (2015). Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Di SMP N 9 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter, V(1), 102–111.
Hasyim, M. (2015). Konsep Pendidikan Karakter Perspektif Umar Baradja dan Relevansinya dengan Pendidikan Nasional. Cendekia: Jurnal Studi Keislaman, 1(2), 151
Majid, A., & Andayani, D. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya–169
Marzuki, M.(2018) ” Pendidikan Karakter dalam perspektif islam”.Universitas Negeri Yogyakarta.
Komentar Terbaru